Mata air (spring)
adalah aliran air tanah secara alamiah di permukaan bumi melalui retakan dan celah di dalam
tanah yang dapat berupa celah kecil sampai gua bawah tanah. Mata air merupakan bagian dari hisrosfer. Jenis
yang paling sederhana adalah tempat dimana muka air tanah bertemu dengan
permukaan bumi, seperti yang terlihat pada gambar 7.2. mata air yang kecil-kecil
dapat terjadi pada semua batuan, tetapi yang besar umumnya dijumpai pada lava,
batu gamping atau kerakal (gravel).
Umumnya mata
air terjadi karena perubahan permeabilitas batuan secara vertikal atau
horizontal. Jika lapisan pasir berada di atas lempung yang relatif impermeabel,
air yang merembes ke bawah akan mengalir secara lateral setelah sampai di
permukaan lempungnya. Selanjutnya akan mengalir ke luar apabila kontak
statigrafi kedua satuan ml bertemu dengan permukaan tanah.
Selain
kontak stratigrafi mata air biasanya dijumpai juga pada jalur sesar, di mana
banyak rekahan-rekahan. Juga akibat gesekan, sesar menghasilkan hancuran
berukuran lempung (mylonite) yang
sifatnya impermeabel.
Rembesan
merupakan mata air yang ke luar secara perlahan-lahan dan
menyebar pada permukaan tanah. Keadaan mataaair sangat bervariasi. Menurut
Tolman (1937), faktor-faktor yanng mempengaruhi mata air diantaranya : 1) curah hujan, 2) karakteristik hidrologi permukaan tanah
terutama kelulusannya, 3) topografi, 4) karakteristik hidrologi formasi akuiver, dan 5) struktur geologi.
Jenis-jenis Mata Air dapat dikalsifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni:
1. Mata air depresi (depresion
springs) terbentuk karena permukaan tanah memotong muka air tanah
(water table).
Gambar 1. Mata air depresi (Dwi Afrianti, dkk: 2015)
2. Mata air kontak (contact
springs), mata air akibat kontak antara lapisan akiver dengan lapisan impermeable pada
bagian bawahnya.
Gambar 2. Mata air kontak (Dwi Afrianti, dkk: 2015)
3. Mata air rekahan (Fracture Spring) : Mata air yang
dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur impermeabel.
Gambar 3. Mata air rekahan (Dwi Afrianti, dkk: 2015)
4.
Mata air pelarutan (Solution Tubular
Spring) : Mataair yang terjadi akibat Spring) : Mata air yang terjadi
akibat pelarutan batuan oleh air tanah.
Gambar 4. Mata air pelarut (Dwi Afrianti, dkk: 2015)
Mata air Ini juga terjadi pada sistem air tanah sepanjang pantai,
sehingga batas antara air laut (asin) dengan air tawar berada dalam
keseimbangan yang statis (hukum Herzzberg)
Dengan harga ini dapat diketahui perbandingan
H= 42 h.
Pencampuran air
laut dengan air tawar dimungkinkan karena:
1. Dasar sumur terletak dibawah
perbatasan antara air asin dengan air tawar akan terbentuk akuiver yang besar
dengan mata air yang banyak .
2. Karena lembah (bagian dasar
aliran lava) memiliki banyak retakan-retakan, maka air tawar dengan mudah dapat
melalui dasar sepanjang lembah tersebut. Sehingga air tanah disini bersifat air
celah yang umumnya jernih.
Taryana, Didik (2015) melakukan penelitian “Pengaruh Formasi Geologi
Terhadap Potensi Mata Air di kota Batu” menunjukkan adanya hubungan antara
formasi geologi terhadap potensi mata air yang ada. Dimana materi batuan
akifer yang berasal
dari material lolos air
yang tebal dan
belum mengalami pengerasan hasil
lemparan abu vulkanik yang
berupa tuff dan hasil erosi disebut intermountain Valley
spring atau mata
air lembah antar
pegunungan memiliki debit yang lebih kecil dari mata air yang keluar
dari formasi geologi batuan beku intrusi dimana mata air ke luar dari celah-celah batuan yang
kedap air (inpermeabel) termasuk
dalam fracture spring. Bentuk
rekahan-rekahan antar batuan ini
mempunyai simpanan air (storage)
relatif besar sehingga debit mata air mengalir
sepanjang tahun dan relatif besar.
Mata Air
4/
5
Oleh
Unknown